Sabtu, 15 April 2017


MAKALAH
JENIS-JENIS TES BAHASA


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pengajaran Bahasa Arab
Dosen pengampu: Zukhaira, S.S., M.Pd.

Disusun oleh:
Endah Rahmawati 2303413001




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ASING
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Dalam praktik penyelenggaraan pengajaran sehari-hari, tes pada umumnya dikaitkan dengan usaha untuk memperoleh informasi tentang peningkatan kemampuan siswa sebagai hasil pengajaran, sehingga tes dapat diartikan sebagai suatu alat yang digunakan untuk mengetahui tercapai atau tidak tercapainya suatu standar kompetensi yang telah ditentukan dalam suatu pembelajaran. Keberhasilan proses belajar seorang siswa dalam hal belajar mengajar di kelas dapat dilihat dari sejauh mana penguasaan kompetensi yang telah dikuasai oleh seluruh siswa dalam kelas tersebut.
Adanya perbedaan individu tentu menentukan berhasil atau tidaknya tiap individu dalam menjalankan tugas dan kewajiban yang berupa tugas belajar. Dengan adanya perbedaan individu tersebut maka perlu diciptakan alat untuk mengukur keadaan individu. Dan alat pengukur tersebut disebut tes.
Tes bahasa dan pengajaran bahasa merupakan dua kegiatan yang saling berhubungan erat. Sehingga tes bahasa ini dirancang dan dilaksanakan untuk memperoleh informasi mengenai hal yang berkaitan dengan keefektifan pengajaran bahasa. Oleh karena itu dalam makalah ini disampaikan lebih lanjut mengenai tes bahasa, jenis-jenis tes bahasa,  ruang lingkup tes bahasa Arab, dan ciri-ciri tes yang baik.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan, diantaranya:
Apa pengertian tes bahasa?
Apa saja jenis-jenis tes bahasa?
Apa saja ruang lingkup tes bahasa arab?
Bagaimana ciri-ciri tes yang baik?



C.    Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan makalah ini diantaranya :
Untuk mengetahui pengertian tes bahasa
Untuk mengetahui jenis-jenis tes bahasa
Untuk mengetahui ruang lingkup tes bahasa arab
Untuk mengetahui ciri-ciri tes yang baik

















BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian tes bahasa
Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno: testum yang berarti “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia”. Dalam bahasa Inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes”, “ujian”, atau “percobaan”. Dalam bahasa Arab: Imtihan.

Ada beberapa istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan dengan uraian diatas, yaitu istilah tes, testing, tester, dan teste. Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam penilaian; testing berarti saat berlangsungnya kegiatan penilaian; tester artinya pembuat tes; sedangkan teste adalah pihak yang sedang dikenai tes.

Beberapa pakar mendefinisikan tes sebagai berikut:
Anne Anastasi dalam bukunya berjudul Psychological Testing mengungkapkan bahwa tes adalah alat ukur yang mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.

Lee J. Cronbach dalam bukunya berjudul Essential of Psychological Testing mengungkapkan bahwa tes merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih.

F.L Goodenough berpendapat bahwa tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu dengan yang lain.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan tes adalah cara atau prosedur dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas berbentuk pertanyaan atau perintah sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi teste.  Tes bahasa adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan dalam melakukan penilaian dan evaluasi pada umumnya terhadap kemampuan bahasa dengan melakukan pengukuran terhadap kemampuan bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

Jenis tes bahasa
Jenis tes bahasa berdasarkan pendekatan kajian bahasa:

Tes bahasa diskret
Tes bahasa diskret adalah tes yang disusun berdasarkan pendekatan diskret dalam linguistik, khususnya linguistik struktural. Sebagaimana diterapkan dalam penyelenggaraan pembelajaran bahasa, penerapan pendekatan tes diskret didasarkan pada pemahaman bahwa bahasa terdiri dari unsur-unsur yang dapat dibedakan dan dipisahkan satu dari yang lain. deskripsi dan pemisahan unsur-unsur bahasa itu dapat dilakukan mulai dari wacana dalam bentuk penggunaan bahasa yang paling besar, sampai pada unsur-unsurnya yang semakun kecil, termasuk paragraf, kalimat, klausa atau frasa, kata, morfem dan alomorf, sampai dengan unsur yang lebih kecil dan terkecil, yaitu fonem dan alofon.
Contoh tes bahasa yang diskret meliputi butir tes, yang terpisah di luar konteks, menugaskan peserta tes untuk membedakan satu bunyi bahasa dari bunyi bahasa yang lain, menyebutkan lawan kata dari satu kata tertentu, menyebutkan bentuk jamak dari suatu kata benda, dan lain-lain.

Tes bahasa integratif
Adalah tes bahasa yang cara mengerjakannya dituntut untuk menguasai dua atau lebih dari komponen bahasa. Tes bahasa ini yang menjadi dasar penggabungan dari unsur yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.

Tes bahasa pragmatik
Adalah tes bahasa yang cara mengerjakannya dituntut penggunaan kemampuan pragmatik, yaitu pemahaman wacana berdasarkan penguasaan terhadap unsur-unsur kemampuan linguistik (dalam bentuk penguasaan bunyi bahasa, tata bahasa, kosakata dan lain-lain) serta kemampuan ekstra linguistik (dalam bentuk pengetahuan tentang latar belakang isi dan pokok bahasan wacana).

Tes bahasa komunikatif
Adalah tes yang biasanya tidak digunakan untuk mengukur kemampuan gramatikal, yang lebih menitikberatkan pada komunikasi. Tes yang dimaksud untuk memberi tugas kepada peserta tes melakukan kegiatan dengan kemampuan bahasa tertentu, termasuk kemampuan komunikatif. Tes komunikatif  perlu dikembangkan dengan kaitan yang jelas dengan konteks nyata.

Jenis tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan belajar peserta didik:

Tes seleksi
Tes ini sering disebut dengan “ujian saringan/ujian masuk”. Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan siswa baru, hasil tes ini digunakan untuk memilih calon peserta didik yang paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes.

Tes Awal
Sering disebut dengan istilah pre-test. Tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik. Materi tes awal ditekankan pada bahan-bahan penting yang seharusnya sudah diketahui oleh peserta didik sebelum pembelajaran diberikan. Tes jenis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik.

Tes Akhir
Sering disebut dengan istilah post-test. Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan baik oleh peserta didik. Materi tes akhir adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting, yang telah diajarkan kepada peserta didik, dan biasanya naskah tes akhir dibuat sama dengan naskah tes awal.

Tes Formatif
Yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikankan dalam tiap satuan unit pembelajaran.

Tes Summatif
Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif biasanya dilaksanakan pada tengah atau akhir semester.

Tes penempatan
Adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan yang akan dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati atau dimasuku peserta didik dalam belajar.

Tes Diagnosis
Adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan yang dihadapi seseorang baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang mengganggu kegiatan belajarnya.

Jenis tes berdasarkan bentuk jawaban:

Tes esai
Tes esai merupakan salah satu bentuk tes yang pertanyaannya menuntut teste untuk memberikan jawaban dalam bentuk uraian dengan menggunakan bahasanya sendiri. Menurut Sudijono (2011: 99) tes esai yang juga sering dikenal dengan istilah tes subyektif adalah salah satu jenis tes yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
Pertama, tes tes tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.
Kedua, bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah menuntut kepada teste untuk memberikan penjelasan, komentar, membandingkan, dan sebagainya.
Ketiga, jumlah soalnya terbatas.
Keempat, pada umumnya butir-butir soal tes esai diawali dengan kata-kata: “jelaskan...”, “mengapa...” atau kata-kata lain yang serupa dengan itu.

Kelebihan tes esai:
Pembuatan tes esai lebih mudah dibanding tes lainnya
Tes esai dapat menghindarkan siswa dari kemungkinan memberikan jawaban secara spekulatif
Dapat mengukur kesanggupan siswa untuk menjawab pertanyaan, dengan kata-katanya sendiri
Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami pelajaran.

Kelemahan tes esai:
Penilaian subyektif cenderung berperan dalam pemberian angka. Hal itu disebabkan oleh kesan pertama, penilaian pribadi, faktor tulisan, kebersihan kertas, dan lain-lain.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengoreksi jawaban relatif lama
Bahan yang diteskan kurang bisa mencakup materi secara keseluruhan

Tes pilihan
Yaitu tes yang telah menyediakan berbagai alternatif jawaban kepada teste, sehingga pihak teste dalam memberikan jawaban cukup memiliki salah satu di antara jawaban yang tersedia, baik dengan memberikan tanda dalam bentuk tanda silang, lingkaran kecil, tanda cawang, atau tanda sejenis lainnya. (Djiwandono, 1996,  Ainin, 2006).

Tes salah-benar
Menurut Gronlund dan Linn (1985) dalam Ainin (2006), bentuk true-false items ini pada umumnya digunakan untuk mengukur kemampuan mengidentifikasi kebenaran pernyataan tentang suatu fakta, definisi suatu istilah, pernyataan suatu prinsip, dan yang sejenisnya. Soal tes ini berbentuk kalimat berita atau pernyataan yang mengandung dua kemungkinan, yaitu benar atau salah.

Kelebihan :
Pertanyaan disusun dengan pernyataan yang singkat tetapi mencakup bahan yang luas
Penyusunan tes dan cara menilainya mudah dilakukan
Siswa dapat cepat memahami pengerjaan soal
Guru dapat memeriksa pekerjaan siswa dengan cepat dan objektif
Bentuk tes ini cocok untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengungkapkan kembali memorinya tentang informasi yang diterima.

Kelemahan:
Bentuk tes ini sulit mengukur hasil belajar pada tataran kognitif tingkat tinggi
Jawaban bersifat spekulatif
Teste lebih mudah menebak jawaban yang benar

Tes pilihan ganda
Tes pilihan ganda (multiple choice) adalah salah satu bentuk tes pilihan yang cara mengerjakan soalnya tidak jauh berbeda dengan tes pilihan benar-salah. Yakni teste diberi pilihan jawaban. perbedaannya adalah bahwa pilihan jawaban yang diberikan dalam tes pilihan ganda lebih banyak dan beragam (lebih dari dua), yakni antara 4 sampai 5 pilihan.

Kelebihan tes pilihan ganda:
Pensekoran lebih mudah
Hasil pensekoran obyektif
Efektif untuk mengukur pengetahuan yang kompleks
Mengimplikasikan penetapan bahan yang akan diteskan secara representatif dan komprehensif

Kelemahan tes pilihan ganda :
Adanya peluang bagi peserta tes  untuk memberikan jawaban secara spekulatif
Penyusunannya membutuhkan waktu yang lama
Diperlukan suatu ketelatenan, ketelitian, dan profesionalitas yang lebih memadai
Membutuhkan biaya yang lebih besar
Tidak menutup ekmungkinan penyusun tes memilih bahan yang akan diteskan secara bias (tidak representatif) sesuai dengan kemauan dan kesenangannya sendiri.

Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan soal atau menjawabnya:

Tes tertulis
Yaitu suatu tes yang cara menjawab pertanyaan atau mengerjakan soal dilakukan secara tertulis. Artinya, jawaban yang diberikan oleh tester berbentuk bahasa tulis. Sementara itu, cara memberikan pertanyaannya dapat berbentuk tulis dapat pula berbentuk lisan.

Tes lisan
Yaitu suatu tes yang cara menjawab pertanyaan atau mengerjakan soal dilakukan secara lisan. Melalui tes lisan, kemampuan teste bukan saja diketahui dari kompetensi pemahamannya terhadap isi teks, melainkan juga diketahui kompetensi teste dari aspek kelancaran membacanya, kefasihan dalam melafalkan kata, intonasinya, ketepatannya, dan kecepatan bacanya.
Kelebihan tes lisan:
Dapat mengukur keterampilan berkomunikasi siswa.
Hasil tes dapat diperiksa dengan cepat dan mudah
Soal dapat disusun dengan agak mudah

Kelemahan tes lisan:
Membutuhkan banyak waktu
Kalau tes ini dilaksanakan untuk seluruh kelas, maka tidak mungkin siswa yang satu dan yang lain memperoleh pertanyaan yang sama
Bagi siswa yang mempunyai kesulitan berbicara, tentunya akan kesulitan dalam tes lisan.

Jenis tes berdasarkan isi dan tujuannya:

Tes hasil belajar
Yaitu tes yang menilai sampai dimana hasil belajar yang dicapai oleh siswa, setelah mereka mengikuti pembelajaran dalam waktu tertentu.

Tes diagnostik
Yaitu tes untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan siswa dalam pelajaran tertentu yang hasilnya digunakan untuk membantu siswa tersebut dalam mengatasi kesulitannya dalam pelajaran tersebut.

Tes psikologis
Yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui kemampuan psikologis siswa.

Jenis tes berdasarkan cara penyusunan:

Tes buatan guru
Yaitu tes yang dibuat oleh guru untuk keperluan penilaian guru tersebut terhadap siswanya.

Tes baku/ terstandar
Yaitu tes hasil belajar ataupun tes psikologis yang hasil-hasilnya dapat ditafsirkan secara umum.

Perbedaan tes baku dengan tes buatan guru:
Isi dan tujuan tes baku bersifat umum, sedangkan tes buatan guru bersifat khusus.
Tes baku mencakup pengetahuan dan kecakapan yang luas, sedangkan tes buatan guru mencakup pengetahuan dan kecakapan yang bersifat khusus.
Tes baku dikembangkan oleh tenaga yang berkompeten dan profesional, sedangkan tes buatan guru dikembangkan oleh seorang guru tanpa bantuan dari luar.
Tes baku memiliki derajat keahlian dan keandalan yang tinggi, sedangkan tes buatan guru memiliki derajat kesahihan dan keandalan yang rendah.

Jenis tes bahasa berdasarkan cara penilaian:

Subjektif
Suatu tes dikatakan subjektif apabila penilaian terhadap jawaban dipengaruhi oleh dan bahkan bergantung pada kesan dan pendapat pribadi penilai (Djiwandono, 1996). Untuk mengurangi kadar subjektivitas dalam pemberian skor atau untuk meningkatkan tingkat keterandalan pemberian skor yang bersifat subjektif, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Sebaiknya penilaian dilakukan oleh lebih dari satu orang (tiga orang) selanjutnya skor dari masing-masing penilai digabungkan
Penilaian dilakukan lebih dari sekali dan skor dari penilaian pertama digabungkan dengan skor penilaian berikutnya
Perlu disusun rambu-rambu jawaban, sehingga penilai lebih konsisten dalam pemberian skor pada setiap butir soal
Perlu ada pembobotan untuk masing-masing butir soal
Perlu diperhatikan representasi materi yang dijadikan sebagai bahan tes.

Objektif
Suatu tes dikatakan objektif apabila penilai yang berbeda akan menghasilkan skor yang sama dari suatu jawaban pada satu butir soal yang sama. Berkaitan dengan hal ini, Djiwandono (1996) menegaskan bahwa secara objektif ini mengacu pada cara penilaian yang dapat dilakukan secara ajeg, dengan hasil yang sama, tidak berubah-ubah meskipun seandainya penilaian itu dilakukan berulang-ulang atau dilakukan oleh penilai yang berbeda.

Jenis tes berdasarkan banyaknya orang yang mengikuti tes
Tes individual, yakni tes dimana tester hanya berhadapan dengan satu orang teste saja
Tes kelompok, yakni tes dimana teste berhdapan dengan lebih dari saru orang teste

Ruang Lingkup Tes Bahasa Arab
Ruang lingkup tes bahasa, termasuk tes bahasa Arab dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes komponen bahasa dan tes keterampilan berbahasa. Tes komponen bahasa dapat dikelompokkan menjadi tes pemahaman dan tes penggunaan. Tes komponen bahasa ini misalnya tes kosa kata dan struktur. Sedangkan yang termasuk tes keterampilan berbahasa misalnya tes menyimak, membaca, berbicara, menulis, dikte, cloze tes, dan C-tes.
Tes komponen bahasa arab
Tes struktur/ tata bahasa
Tes tata bahasa atau yang dikenal dengan tes qawa’id dalam bahasa arab lebih banya difokuskan pada tes pembentukan kata (sharf) dan tes pembentukan kalimat (nahwu).
Tes kosa kata
Sebagaimana tes tata bahasa, tes kosa kata juga dapat dikelompokkan menjadi tes pemahaman dan tes penggunaan. Tes pemahaman lebih ditekankan pada pengukuran kemampuan teste dalam memahami kosa kata, sedangkan tes penggunaan lebih dititikberatkan pada kemampuan menggunakakan kosa kata dalam kalimat.
Tes keterampilan bahasa arab
Tes keterampilan berbahasa arab meliputi tes kemampuan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.
Tes menyimak
Kemampuan menyimak merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang sangat penting. Setiap individu dituntut memiliki kemampuan menyimak secara benar. Secara spesifik dapat dikatakan, bahwa seseorang tidak akan dapat berbicara dengan orang lain atau merespon tuturan orang lain, tanpa memahami isi tuturan tersebut atau tanpa memiliki kemampuan menyimak.
Tes berbicara
Menurut Harris (1969) dalam Ainin (2006) berbicara merupakan keterampilan yang sangat kompleks yang mempersyaratkan penggunaan berbagai kemampuan secara simultan. Kemampuan tersebut meliputi: (a) pelafalan (yang mencakup ciri-ciri segmental-vokal dan konsonan, serta pola tekanan dan intonasi), (b) tatabahasa, (c)kosa kata, (d) kelancaran, dan (e) pemahaman (kemampuan merespon terhadap suatu ujaran secara baik).
Tujuan tes kemampuan berbicara adalah untuk mengukur kemampuan teste dalam menggunakan bahasa arab sevagai alat komunikasi lisan. Untuk mengukur kemampuan berbicara teste, banyak cara yang dapat dikembangkan oleh guru sesuai dengan tingkat kemampuan teste. Di antara bentuk tes kemampuan berbicara adalah sebagai berikut:
Membaca keras
Bercerita melalui gambar
Menceritakan kembali
Bercerita bebas
Wawancara
Pidato
Diskusi
Tes membaca
Tes kemampuan membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting, terutama pada era reformasi. Dengan membaca seseorang dapat memahami berbagai informasi tentang perkembangan kehidupan yang direkam dan disebarluaskan di berbagai media, terutama media cetak.
Tes menulis
Sebagaimana kemampuan berbicara, kemampuan menulis juga menuntut penguasaan dalam menggunakan berbagai aspek dan komponen bahasa secara simultan.
Tes menulis secara bebas dapat dilaksanakan dengan berbagai cara. Diantaranya adalah (a) teste diminta mendeskripsikan gambar berseri kedalam suatu karangan yang lebih kompleks, (b) teste diminta menulis suatu karangan dengan topik yang telah ditentukan, (c) siswa diminta mendeskripsikan salah satu topik dari beberapa topik yang tersedia, (d) siswa diminta mendeskripsikan hasil wawancara dengan orang lain mengenai isu-isu aktual, (e) siswa diminta menyusun makalah ilmiah mengenai isu-isu tertentu.
Tes Cloze
Istilah cloze-test dalam perspektif psikologi Gestalt berarti proses menutup sesuatu yang belum lengkap. Menurut Djiwandono (1996), dalam bidang bahasa, prosedur ini sebagai suatu proses pemahaman wacana yang disertai dengan menlengkapi kekurangan-kekurangan yang ada. Kekurangan yang dilengkapi itu terdiri dari kata-kata yang merupakan bagian dari wacana dan sengaja dihilangkan dari teks aslinya
Tes cloze sebagai salah satu teknik dalam tes bahasa bukan saja untuk mengukur kemampuan membaca pemahaman, melainkan juga untuk fungsi yang lain. dalam hal ini Oller (1979) dalam Ainin (2006) mengemukakan fungsi tes cloze sebagai berikut: (a) untuk mengukur dan menentukan kesulitan teks, (b) untuk mengukur tingkat kemampuan dwibahasa (bilingual), (c) untuk memahami bacaan, (d) untuk mengkaji hambatan tekstual, dan (e) untuk menilai efektifitas pembelajaran.
Tes-C
Tes-C atau C-test merupakan suatu prosedur tes bahasa yang diusulkan dan dipopulerkan oleh Klein-Braley dan Raatz. Tes-C hampir sama dengan tes cloze, bedanya apabila yang dihilangkan dalam tes cloze itu berupa kata, sedangkan dalam tes-C yang dihilangkan adalah beberapa huruf dalam kata.
Ciri-ciri tes yang baik
Menurut Sudijono (2011: 93) ada empat ciri atau karakteristik yang harus dimiliki oleh tes hasil belajar yaitu:
Valid atau memiliki validitas. Tes hasil belajar dapat dinyatakan valid apabila tes hasil belajar tersebut (sebagai alat pengukur keberhasilan belajar peserta didik) dengan secara tepat, benar, shahih atau absah telah dapat mengukur atau mengungkap hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik, setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
Memiliki reliabilitas. Prinsip reliabilitas mrnghendaki adanya keajegan dari hasil pengukuran berulang-ulang terhadap seorang subyek atau sekelompok obyek yang sama, dengan catatan bahwa subyek-subyek itu tidak mengalami perubahan.
Bersifat obyektif. Sebuah tes hasil belajar dapat dikatakan sebagai tes hasil belajar yang obyektif apabila tes tersebut disusun dan dilaksanakan “menurut apa adanya”.
Bersifat praktis dan ekonomis. Praktis mengandung pengertian bahwa tes tersebut dapat dilaksanakan dengan mudah, sedangkan ekonomis mengandung pengertian bahwa tes tersebut tidak memakan waktu yang lama dan tidak memerlukan tenaga dan biaya yang banyak.

Sedangkan menurut Rooijakkers (1991: 146) ada beberapa syarat suatu tes dapat dikatakan baik yaitu:
 Relevansi. Suatu tes harus relevan. Artinya, mengukur hal yang harus diukur.
 Keseimbangan. Pertanyaan atau soal harus merata. Artinya, menyangkut seluruh bahan dan bagian-bagiannya yang penting.
Berdaya guna atau efisien. Apakah suatu tes memberi informasi secara cukup, bilaman dibandingkan dengan waktu yang digunakan oleh pengajar untuk memperoleh informasi tersebut.
Obyektivitas. Suatu tes harus dibuat sedemikian rupa, sehingga jawaban yang diberikan oleh siswa hanya benar atau salah saja.
Kekhususan. Tes harus berisi pertanyaan atau soal yang dibuat sedemikian rupa, sehingga hanya siswa yang telah mempelajari bahan pelajaran saja yang dapat mengetahui jawabannya.
Tingkat kesulitan. Pertanyaan atau soal ujian harus disesuaikan dengan taraf pengetahuan siswa.
 Daya pembeda atau diferensiasi. Tes harus dibuat sedemikian rupa, sehingga siswa yang menguasai bahan pelajaran dengan baik akan dapat mengerjakan soal ujian dengan hasil baik. Sedangkan siswa yang tidak menguasai bahan pelajaran dengan baik akan memperoleh hasil jelek.
Kejujuran. Tes harus dibuat sedemikian rupa, sehingga setiap siswa memperoleh kesempatan yang sama untuk mendapat nilai baik.
 Waktu. Tes harus tersusun sedemikian rupa, sehingga diperoleh perbandingan yang wajar antara waktu yang tersedia dengan keadaan soal tes.













BAB III
PENUTUP
Simpulan
Tes adalah cara atau prosedur dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas berbentuk pertanyaan atau perintah sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi teste. Jadi, Tes bahasa adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan dalam melakukan penilaian dan evaluasi pada umumnya terhadap kemampuan bahasa dengan melakukan pengukuran terhadap kemampuan bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Jenis-jenis tes
Jenis tes bahasa berdasarkan pendekatan kajian bahasa:
Tes bahasa diskret
Tes bahasa integratif
Tes bahasa pragmatik
Tes bahasa komunikatif

Jenis tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan belajar peserta didik:
Tes seleksi
Tes Awal
Tes Akhir
Tes Formatif
Tes Summatif
Tes penempatan
Tes Diagnosis

Jenis tes berdasarkan bentuk jawaban:
Tes esai
Tes pilihan

Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan soal atau menjawabnya:
Tes tertulis
Tes lisan

Jenis tes berdasarkan isi dan tujuannya:
Tes hasil belajar
Tes diagnostik
Tes psikologi

Jenis tes berdasarkan cara penyusunan:
Tes buatan guru
Tes baku/ terstandar

Jenis tes berdasarkan cara penilaian:
Tes subyektif
Tes obyektif

Jenis tes berdasarkan banyaknya orang yang mengikuti tes:
Tes individual
Tes kelompok

Ruang lingkup tes bahasa arab
Tes komponen bahasa arab
Tes keterampilan bahasa arab

Ciri-ciri tes yang baik
Valid
Memiliki reliabilitas
Obyektif
Praktis dan ekonomi

DAFTAR PUSTAKA

Ainin dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: MISYKAT.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Djiwandono, Soenardi. 2008. Tes Bahasa. Jakarta: PT INDEKS.
Rooijakkers, Ad. 1991. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: PT Grasindo.
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Slameto. 1988. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

BTemplates.com

Diberdayakan oleh Blogger.